Sahabat Kok Gitu?
(Narasi berdasarkan kisah nyata)

            Sekolah Menengah Atas atau SMA, yang ‘katanya’ memiliki masa-masa yang paling indah. Nyatanya bagiku, hal itu tidak terbukti. Sahabatku, Sisil, yang sehari-harinya dihabiskan bersamaku, ternyata malah menusukku dari belakang. Aku tidak tahu pasti apa motivasinya melakukan itu. Jadi aku akan tuangkan semuanya di sini.
            Saat itu, aku masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama kelas 8. Aku mendapat kejutan yang tidak aku sangka di hari ulang tahunku. Sebut saja, Farhan. Ialah tersangka yang membuat hari ulang tahunku menjadi sangat berkesan. Bayangkan  saja, orang yang kamu suka menyatakan perasaannya kepada kamu. Asli. Senang bukan kepalang kan? Hal itulah yang aku rasakan. Sejak saat itu, aku dan Farhan resmi menjalin hubungan. Sampai pada akhirnya, kami berdua masuk ke SMA yang sama.
            Awal kelas 10, aku dengan mudahnya mendapat teman-teman baru. Mereka baik, jadi aku merasa nyaman bermain dengan mereka. Hampir sehari-hari aku habiskan waktu bersama mereka, saat di sekolah maupun di luar sekolah. Dalam satu geng persahabatanku, terdapat 6 orang. Ada aku, Dresta, Putri, Wulan, Mitha, dan Sisil. Usut punya usut, aku dengar Sisil menyukai pacarku. Ironisnya, aku sering curhat tentang Farhan kepada Sisil karena aku merasa Sisil dapat menjaga rahasiaku.
           Di suatu siang, aku duduk di pendopo bersama Putri dan Wulan. Tiba-tiba, Dresta menghampiri kami bertiga, membawa kabar yang menurutku sebuah bencana. Bayangkan saja, perempuan mana yang tidak sakit mendengar pacarnya selingkuh, apalagi selingkuhnya dengan sahabat pacarnya sendiri. Detik itu juga rasanya aku ingin menampar Farhan dan Sisil. Ya, benar. Sisil sebagai tempat curhatku tentang Farhan, malah Sisil juga yang pacaran dengan Farhan. Mereka telah berpacaran sejak pertengahan kelas 10. Aku berusaha menahan emosiku untuk tidak gegabah dalam bertindak dan itu berhasil, namun sebagai gantinya, aku menangis sejadi-jadinya.
 Usai acara menangisku selesai, aku segera menghampiri Farhan. Aku putuskan hubunganku dengannya saat itu juga. Alangkah terkejutnya aku mendengar respon Farhan. Setelah aku mengatakan “Kita putus!”,dengan santainya dia bilang “Oh, oke.”. Wow, jadi memang terbukti kalau dia dengan Sisil menjalin hubungan di belakangku. Aku benci kedua orang itu.
       Hal yang membuatku lebih kesal lagi adalah ekpresi wajah dan gerak-gerik Sisil tidak menunjukkan rasa bersalah kepadaku. Pada akhirnya, aku memusuhi Sisil, teman-temanku pun ikut menjauhinya. Menurutku, apa yang telah Sisil lakukan sudah keterlaluan. Rasanya menjadikan Sisil sebagai seorang sahabat adalah salah satu kesalahan terbesarku.
 Sekarang, Sisil sudah tidak kuanggap sebagai sahabat lagi, karena siapa yang mau memiliki sahabat bermuka dua dan memiliki hati yang busuk terhadap sahabatnya sendiri. Aku rasa tidak ada. Jadi tentunya, tali pertemananku dengan Sisil sudah benar-benar terputus.
           Mungkin menurut kalian cerita cintaku ini terlalu mendramatisir, namun ini nyata terjadi dalam hidupku. Memang sangat menyedihkan, bahkan aku sempat menangis selama 7 hari 7 malam. Mungkin aku bodoh, karena aku telah salah memilih teman untuk curhat. Semua rahasia dan keluh kesahku tentang Farhan, kuceritakan semua pada Sisil. Jadi sebaiknya jika kalian punya sahabat, kalian harus bisa membedakan mana yang ‘benar-benar’ sahabat dan mana yang ‘tidak benar-benar’ sahabat. Sebagai seorang sahabat yang baik seharusnya bisa menjaga perasaan sahabatnya sendiri dan tentunya sebagai sahabat harus bisa saling terbuka satu sama lain, jangan bermain di belakang atau menusuk dari belakang.

TAMAT

Komentar

Postingan Populer