Jangan Sepelekan Aku
Ditha Audia Ghaisani – 2019041028 (ILKOM A)
Pagi pagi
bikin ketupat
Begitu
jadi dimakan tamu
Aku
mungkin tidak terlihat
Namun aku
penting di hubunganmu
Ayo,
ngaku, siapa yang sering cekcok
dengan teman sendiri? Aku pun terkadang masih sering ngambek dengan temanku. Ada
saja hal-hal sepele, baik sengaja maupun tidak disengaja, yang memancing
kekesalan atau amarah kita. Namun sebagai makhluk yang dianugerahi dengan perasaan,
merasa marah, kesal ataupun kecewa adalah hal yang wajar. Aku rasa tidak ada
satu pun orang di dunia ini yang tidak pernah kesal dengan sahabatnya.
Saat
masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas, di mana kontrol emosiku masih
labil, aku sering mengalami salah paham dengan temanku. Tidak ada satu pun dari kami yang ingin
memulai pembicaraan, jadinya masalah tidak ada kejelasan. Namun, aneh bin ajaib. Aku dan temanku kembali akrab
dengan sendirinya, tanpa ada omongan maaf terlebih dahulu seakan-akan tidak ada
masalah yang terjadi. Persahabatan memang selucu itu. Beranjak dewasa, aku belajar
satu hal yang penting dalam sebuah hubungan. Ya, benar. Komunikasi.
Menurut Pace dan Faules, dua
orang ahli ilmu komunikasi, mengatakan bahwa “konflik merupakan ekspresi
pertikaian antara individu dengan individu lain, kelompok dengan kelompok lain
karena beberapa alasan. Dalam pandangan ini, pertikaian menunjukkan adanya
perbedaan antara dua atau lebih individu yang diekspresikan, diingat, dan dialami." Kurangnya
keterbukaan dalam berkomunikasi dapat memicu pertikaian. Dalam hubungan
persahabatan, jika ada salah satu anggota yang enggan membuka diri, maka kamu perlu
untuk memahami bahwa ada alasan di balik keengganannya dalam membuka diri. Beberapa
orang memang lebih memilih untuk tidak terang-terangan mengekspresikan
masalahnya.
Coba deh, kamu yang lagi ada konflik dengan
teman-temannya, berintrospeksi diri dahulu, apakah kamu pernah melakukan
kesalahan atau tidak. Bahkan hal-hal kecil seperti tidak membalas pesan online darinya dapat dianggap masalah
oleh temanmu. Satu orang dari kalian harus ada yang bertindak agar konflik
cepat terselesaikan. Jika kamu bisa membicarakan masalah tersebut dengan kepala
dingin, maka aku yakin kamu dan teman tidak perlu repot untuk saling menjauh. Malahan,
konflik yang terjadi bisa menjadi pelajaran yang mempererat hubungan
pertemananmu.
" Komunikasi yang efektif dapat mengurangi terjadinya konflik dalam hubunganmu "
Pertama, kamu bisa
menerapkan penggunaan komunikasi yang membentuk iklim yang menyehatkan. Ibarat
tiang yang menyangga bangunan, komunikasi adalah salah satu faktor yang
menyangga sebuah hubungan. Hargailah orang lain dengan cara merespon keadaan
mereka sebisa mungkin. Studi yang dilakukan oleh beberapa ahli komunikasi,
Harter, Waters, Pettitt, Whiteshell, & Kofkin, menunjukkan bahwa “orang
merasa kurang tervalidasi dan tidak mampu mengekspresikan diri otentiknya
ketika pasangannya berfokus pada diri sendiri dan tidak mengakui mereka."
Kamu juga bisa bertindak
sebagai pengarah komunikasi dalam hubunganmu untuk menciptakan perasaan positif
di dalamnya. Jika kamu mendapati sesuatu yang janggal dalam hubunganmu, kamu
bisa melakukan pembicaraan santai dengan sahabatmu agar tidak terjadi konfik
yang lebih rumit. Berusahalah untuk lebih peka dengan hal-hal sepenting itu. Toh, jika kamu memberikan respon yang sahabatmu
inginkan, maka ia pasti akan senang juga.
Kedua, coba untuk menerima
dan mengonfirmasikan orang lain. Mengonfirmasi di sini bukanlah seperti meminta
persetujuan, namun berupa merespon jika seseorang sedang berbicara denganmu. Kamu
tidak perlu untuk selalu setuju dengan perkataan maupun perbuatan sahabatmu,
namun yang terpenting adalah kejujuranmu, sekalipun itu menyakitkan untuk
dikatakan. Riset komunikasi yang dilakukan oleh Rawlins, mengindikasikan bahwa “orang
mengharapkan teman sejati untuk berkomunikasi dengan jujur, bahkan jika tidak
selalu enak didengar.”
Selanjutnya, kamulah yang
harus menerima dan mengonfirmasi diri sendiri. Hal ini sama pentingnya dengan
mengonfirmasi orang lain. Kamu memilki hak juga untuk bercerita dan
didengarkan. Ada kesalahpahaman di mana orang-orang dalam berkomunikasi hanya memerhatikan
bagaimana harus menyikapi lawan bicara, namun hal itu berlaku juga
kepada diri sendiri. Jika kamu tidak menyatakan apa yang kamu rasakan, maka
orang lain tidak akan bisa untuk mengonfirmasi kamu. Untuk menciptakan iklim komunikasi yang sehat,
orang-orang yang terlibat di dalamnya harus bisa menghormati pendapat atau
pilihan dirinya serta orang lain.
Keempat, kamu harus tau
kapan waktu yang tepat untuk membuka diri. Mengapa hal ini penting? Karena
ketika kamu dapat membuka diri di saat yang tepat, akan muncul peningkatan
dalam hal kepercayaan dan rasa kedekatan. Keterbukaan diri sebagai bukti bahwa
kamu percaya dengan sahabat-sahabatmu. Eits,
tetapi kamu harus bijak dalam membuka diri juga, karena keterbukaan diri yang
salah bisa mendatangkan masalah kepadamu. Di dunia ini tidak ada orang yang
sepenuhnya baik dan tidak sombong. Untuk mengurangi risiko kebocoran hal-hal
yang tidak kamu inginkan, kamu harus paham sifat orang-orang di sekitarmu.
Sebelum membuka diri terlalu jauh, amatilah bagaimana orang-orang terdekatmu
menanggapi ceritamu dan bagaimana mereka menggunakan informasi itu.
Terakhir, pahami keragaman
dalam hubungan. Tidak hanya orang-orangnya saja yang beragam, bentuk
pendekatan orang-orang dalam berhubungan juga bervariasi. Di lingkup pertemananmu, bisa
jadi ada temanmu yang termasuk ke dalam golongan yang kurang nyaman dengan
keterbukaan. Tetapi, pasti ada juga yang senang untuk berbagi ceritanya. Kamu tidak
bisa mengubah sifat-sifat mereka, karena setiap orang memiliki ciri khasnya
masing-masing.
Dalam riset yang dilakukan
oleh Inman, Johnson, dan Wood, menunjukkan bahwa ada dua jenis kedekatan yang
umum digunakan dalam hubungan, ada kedekatan dalam dialog, yaitu pengungkapan kedekatan melalui kata-kata
serta penggunaan penekanannya. Lalu, ada
kedekatan dalam tindakan, yaitu pengungkapan kedekatan melalui bagaimana
berperilaku terhadap orang-orang sekitar. Kamu bebas menentukan jenis apa yang ingin
kamu terapkan, sesuai dengan kenyamananmu.
Aku tau bahwa konflik itu tidak
dapat dihindari. Kesalahan kecil yang dilakukan oleh temanmu ataupun dirimu sendiri,
dapat memicu konflik dalam hubungan. Kamu salah bicara sedikit, bisa jadi temanmu langsung menjadikan itu masalah. Temanmu mengabaikanmu di kelas karena suatu hal, seketika kamu beranggapan ia membencimu. Konflik tidak akan terpecahkan jika tidak ada yang ingin berterus terang. Kamu harus ingat bahwa komunikasi adalah
hal yang paling vital dalam kelanggengan hubunganmu. Untuk mengurangi
terjadinya konflik, kamu bisa belajar untuk mengonfirmasikan orang lain dan
diri sendiri, membuka diri tepat pada konteksnya, serta menghargai keragaman
dalam hubungan. Tidak ada paksaan untuk melakukannya, aku hanya sekedar
memberitahu. Pilihan ada padamu.
Daftar Rujukan
Wood, T. Julia. 2013. Komunikasi Teori dan Praktik. Jakarta :
Salemba Humanika.
Komentar
Posting Komentar