Pentingnya Pendidikan Seks Sejak Dini
Oleh : Ditha Audia Ghaisani – 2019041028 (ILKOM-A)

            Apa yang terlintas di otak kita ketika mendengar kata ‘seks’? Seks tidak melulu soal kegiatan seks yang kebanyakan orang pikirkan. Namun, masih banyak yang beranggapan bahwa seks itu adalah hal yang tabu dan tidak seharusnya diketahui oleh anak-anak. Jika seorang anak bertanya tentang sesuatu yang berhubungan dengan seks, orang tua pada umumnya akan langsung waswas menanggapinya. Oleh karena itu, menurut saya, pendidikan seks sejak dini itu perlu direalisasikan. Anak-anak perlu mengetahui bahwa bentuk seks tidak hanya hubungan seksual yang sesungguhnya, namun juga tentang masalah alat reproduksi, penyimpangan seksual, dan kejahatan seksual. Dampak positif dari pendidikan seks sejak dini bagi anak-anak adalah mereka dapat memahami perihal alat reproduksinya dan lawan jenisnya dan membedakan bentuk perilaku seksual yang salah.

            Anak-anak pada dasarnya memiliki rasa ingin tahu yang cukup besar. Ketika mereka beranjak remaja, akan terjadi gejolak hormonal yang membuat perubahan pada alat reproduksi mereka. Pada perempuan, masa pubertas mereka ditandai oleh keluarnya darah dari alat reproduksinya atau yang biasa dikenal dengan istilah menstruasi. Sedangkan untuk laki-laki, fase pubertas ditandai oleh mimpi basah. Kedua hal tersebut normal terjadi. Seiring dengan pertumbuhan di fase pubertas, alat reproduksi laki-laki maupun perempuan akan menunjukkan perubahan juga, seperti muncul rambut-rambut halus di sekitarnya. Sekarang kita bayangkan, misalnya ada seorang bocah laki-laki yang seumur hidup belum mengetahui mimpi basah itu apa kemudian ia mengalami hal tersebut, apa yang terjadi? Kemungkinan besar mereka menganggap mimpi basah itu tidak wajar terjadi, mereka pun biasanya akan malu untuk bertanya akan hal itu. Sama halnya dengan perempuan. Mereka yang belum tersentuh edukasi tentang alat reproduksi akan mengira bahwa darah yang keluar dari kemaluan merupakan gejala dari suatu penyakit. Peran orang tua di rumah seharusnya memberitahukan hal-hal sepenting ini sebelum kejadian agar anak tidak kaget jika sewaktu-waktu hal tersebut terjadi.

            Fenomena perilaku seksual yang banyak merugikan dan marak terjadi saat ini adalah pedofilia. Fenomena ini sangat lekat hubungannya dengan anak-anak, mengingat pedofilia artinya ketertarikan seksual terhadap anak-anak di bawah 14 tahun. Pada umumnya, seorang pedofilia akan melakukan aksinya secara ‘halus’. Saya pernah membaca pengakuan dari korban fenomena pedofilia yang dilakukan oleh pamannya sendiri. Saat itu korban masih berusia sekitar 9 tahun dan berjenis kelamin perempuan, ia ditawari untuk mencoba ‘permen’ rasa baru oleh pamannya. Anak kecil mana yang tidak tertarik dengan permen? Setelah itu, sang anak menyetujui tawaran pamannya dan yang terjadi selanjutnya bukan hal yang ia harapkan. Hal seperti contoh tersebut terjadi karena anak-anak tidak tahu menahu jika orang jahat seperti tokoh paman itu ada. Saya rasa sekolah perlu untuk menyampaikan macam-macam bentuk dan bahaya pelecehan seksual yang rawan terjadi di anak-anak. Setidaknya, upaya ini dapat meminimalisir terjadinya pelecehan seksual secara nyata, karena kita tidak pernah tahu kapan bahaya menimpa kita.

            Berdasarkan survey yang dilakukan oleh situs BabyChild di tahun 2011, dari 1.700 orang tua anak usia 5-11 tahun, 59 persen dari mereka tidak setuju dengan pendidikan seks sejak dini dengan alasan hal tersebut tidak pantas disampaikan kepada anak-anaknya. Menurut saya, sebelum penyampaiannya, tenaga pengajar atau orang tua sebelumnya harus bisa memilah mana informasi berkenaan dengan seks yang harus diketahui lebih dulu oleh anak-anak. Untuk anak-anak usia 5-11 tahun, berikan mereka informasi tentang alat reproduksinya dan bahaya pelecahan seksual. Dengan begitu, informasi yang mereka terima masih dalam batas wajar dan memang informasi seperti itulah yang wajib diketahui anak-anak.

            Pendidikan seks sejak dini nyatanya masih dianggap sebuah hal tabu dan tidak layak diketahui oleh anak kecil, padahal dampak positif yang nantinya didapat cukup banyak. Anak-anak dapat memahami serba-serbi alat reproduksinya dan mendapatkan edukasi tentang perilaku seksual yang salah untuk meminimalisir hal yang tidak diinginkan terjadi.







Daftar Pustaka

 

Suciati, dan Syukron Fadillah. 3 Juni 2016. Pentingkah Pendidikan Seks di Sekolah? Berikut Pro-Kontranya. https://www.jitunews.com/read/39462/pentingkah-pendidikan-seks-di-sekolah-berikut-pro-kontranya. Diakses pada 31 Oktober 2019.

 

Kirnandita, Patresia. 13 Februari 2018. Pengetahuan Seks adalah Tabu: Bikin Malu Sekaligus Penasaran. https://tirto.id/pengetahuan-seks-adalah-tabu-bikin-malu-sekaligus-penasaran-cEHw. Diakses pada 31 Oktober 2019.

Komentar

Postingan Populer